Asesmen dalam paradigma baru adalah asesmen tidak lagi sekedar menjadi tahap pelaporan dan penilaian kemampuan murid tetapi dipandang sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar perkembangan dan pencapaian hasil belajar. Salah satu tujuan utama asesmen adalah memantau atau memonitor kualitas pembelajaran dan bisa dimanfaatkan sebagai umpan balik perbaikan pembelajaran
Asesmen memiliki fungsi pemantauan atau memonitor, assasment bertujuan untuk memahami posisi murid dalam rentang pembelajaran tertentu. Dengan demikian perkembangan belajar murid dapat teramati dari waktu ke waktu, artinya yang menjadi perhatian kita bukan perihal murid mendapatkan nilai berapa. Tetapi apakah kemampuan mereka berkembang dibandingkan dengan kemampuan awalnya
Selain itu asesmen juga berfungsi memetakan progress atau kemajuan hasil belajar murid. dengan informasi yang diperoleh melalui asesmen yang efektif guru bisa mengetahui apa yang saat ini dipahami murid dari apa yang dipelajari. Apa yang bisa dilakukan guru dengan kemampuan prasyarat atau pengetahuan murid sebelumnya yang bisa membantu pemahaman murid terhadap materi yang sedang disampaikan. Apa yang harus dilakukan guru ketika murid keliru memahami materi yang disampaikan. Kapan dan bagaimana guru bisa mulai penyampaian materi yang baru dan dukungan apa yang diperlukan murid di kemudian hari agar pembelajaran lebih optimal.
Pelaksanaan kegiatan PPL PPG di SMP Negeri 18 Kota Bengkulu, proses implementasi asesmen yang efektif dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas IX materi Aritmatika Sosial. Tujuan Pembelajaran yang diharapakan yaitu peserta didik dapat menentukan persentase laba, rugi, harga jual, harga beli dan dapat menggunakan aritmetika sosial dalam menyelesaikan masalah matematika keuangan sederhana. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai asesmen yang dilakukan di ruang kelas:
Bagian mana dalam asesmen tersebut yang menunjukkan kesesuaian dengan tahapan perkembangan peserta didik? Jelaskan!
Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, usia 11 – 15 tahun masuk ke dalam tahap formal-operational. Syaifullah dan Rahma (2019) menjelaskan bahwa pada tahap ini seorang remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitifnya. Yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kemampuan hipotesis, remaja mampu berpikir khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sedangkan dengan memiliki kapasitas prinsip-prinsip abstrak, mereka mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti ilmu matematika. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa keterampilan kognitif peserta didik seperti berpikir kritis, berpikir nalar, serta pemecahan masalah pada tahap ini sudah berkembang lebih lanjut.
Selain perkembangan kognitif, ranah afektif juga menjadi pertimbangan dasar dalam melihat tahapan perkembangan peserta didik. Ranah afektif itu sendiri adalah kemampuan dari hasil belajar yang tampak pada siswa dalam berbagai macam keadaan atau tingkah laku mereka (Basrowi, 2012), seperti memperhatikan, merespon, menghargai, mengorganisasi diri dan lingkungan, serta karakterisasi nilai mereka. Ranah afektif mempunyaiMbeberapa macam tipe menurut Bloom, ranah afektif sebagai nilai hasil belajarMkategori tersebut yangMdimulai dari tingkat sederhana/ rendah sampai ke tingkat yang lebih rinci/ kompleks, yaitu: receiving/ menerima, yaitu semacam kepekaan/ kesadaran dalam menerima rangsangan/ stimulasi, responding/ merespon, yaitu reaksiIyang diberikanLoleh seseorangMterhadap stimulasiMyang berasal dari luar. Valuing/ menghargai adalah indikator yang berkaitan dengan nilai percayaan terhadapLgejala dan stimulus (Khoeron, 2014).
Selain itu Arifin (dalam Rosa, 2015) mengatakan dalam, penilaiansafektif ada 2 hal yang harusMdinilai. Hal pertama,Mkompetensi kemampuan afektif dalam kegiatan belajar mengajar meliputi aspek pemberian stimulus, merespon, menghargai, menilai dan internalisasi. Hal kedua adalah sikap dan minat siswa kepada mata pelajaran yang diberikan oleh guru juga pada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran juga terdapat 4 tipe karakter yang penting yang perlu untuk diperhatikan, yaituMsikap, karakter diri, minat, danMnilai. Semua komponen itu sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Septiani
& Afiani (2020) menyatakan bahwa menurut teori Vygotsky bahwa untuk
menciptakan pembelajaran yang bermakna, maka proses pembelajaran yang dirancang
haruslah dikembangkan dan berpijak pada kondisi peserta didik sebagai subjek
belajar, serta berpijak pada komunitas sosial-kultural tempat tinggal peserta
didik (Septianti & Afiani, 2020). Oleh karenanya, lingkungan dan budaya peserta
didik menjadi bagian yang sangat penting dalam menciptakan proses pembelajaran
yang bermakna bagi peserta didik
Pada bagian asesmen formatif, instruksi di dalam soal mendorong peserta
didik untuk lebih mengenal dan mengetahui kebudayaan yang ada di sekitar
lingkungan mereka. Selain itu, budaya yang terapat di dalam asesmen diharapkan
mampu menguatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari.
Dalam hal ini kebudayaan Bengkulu diintegrasikan ke dalam redaksi soal yang
dijadikan sebagai permasalahan pada soal. Integrasi kebudayaan ke dalam soal
sejalan dengan pemahaman pada teori belajar Konstruktivisme dimana peserta
didik membangun pemahaman mereka melalui pengalaman yang telah dilalui
sebelumnya.
Umpan balik merupakan informasi yang diberikan kepada individu atas aksi
atau aktivitasnya yang berbentuk skor dari suatu hasil ujian, komentar dalam
tugas, dan jawaban atas pertanyaan (Sofyatiningrum, et al., 2020). Sebagai
umpan balik terhadap proses pembelajaran, di dalam modul guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik (masing-masing kelompok) untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya. Selain itu, juga diberikan asesmen formatif yaitu
berupa form yang berisi refleksi pembelajaran peserta didik dan pemberian tugas
individu berupa tes tulis.
Jika Anda menjadi guru di kelas tersebut, hal apa yang ingin Anda tingkatkan untuk lebih memaksimalkan efektivitas asesmen dengan memperhatikan tahapan perkembangan peserta didik, lingkungan budaya dan karakter peserta didik, serta kemampuan peserta didik? Tuliskan pendapatmu secara lengkap!
Hal-hal yang ingin saya tingkatkan untuk lebih memaksimalkan efektivitas
asesmen dengan memperhatikan tahapan perkembangan peserta didik, lingkungan
budaya dan karakter peserta didik, serta kemampuan peserta didik adalah sebagai
berikut:
-
Tingkatkan pemahaman saya tentang tahapan
perkembangan peserta didik.
Untuk
mengembangkan asesmen yang sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik,
saya perlu memahami secara mendalam tahapan perkembangan peserta didik. Saya
perlu memahami ciri-ciri khas dari masing-masing tahap perkembangan, sehingga
saya dapat mengembangkan asesmen yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
-
Tingkatkan pemahaman saya tentang
lingkungan budaya dan karakter peserta didik.
Saya juga
perlu memahami lingkungan budaya dan karakter peserta didik. Hal ini penting
untuk memastikan bahwa asesmen yang saya kembangkan relevan dengan konteks
budaya dan sosial peserta didik.
-
Gunakan berbagai teknik asesmen.
Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan peserta didik,
saya perlu menggunakan berbagai teknik asesmen. Teknik asesmen yang saya
gunakan harus dapat mengukur berbagai aspek perkembangan peserta didik,
termasuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
-
Berikan umpan balik yang konstruktif.
Umpan balik yang konstruktif dapat membantu peserta didik untuk belajar lebih efektif. Oleh karena itu, saya perlu memberikan umpan balik yang konstruktif kepada peserta didik setelah mereka mengikuti asesmen. Dengan meningkatkan pemahaman dan penerapan hal-hal tersebut, saya berharap dapat mengembangkan asesmen yang lebih efektif dan bermanfaat bagi peserta didik.
Referensi:
Basrowi, S.
(2012). Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung: Karya Putra Darwati
Khoeron, I. R.,
Sumarna, N., & Permana, T. (2014). Pengaruh Gaya Belajar terhadap Prestasi
Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Produktif. Journal of Mechanical
Engineering Education, 1(2), 291-297
Rosa, F. O.
(2015). Analisis Kemampuan Siswa Kelas X pada Ranah Kognitif, Afektif dan
Psikomotorik. Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika, 1(2), 24-28.
Septianti, N., & Afiani, R. (2020). Pentingnya memahami karakteristik siswa sekolah dasar di SDN Cikokol 2. As-sabiqun, 2(1), 7-17.
Syaifullah, M., & Rahma, L. V. (2019). Analisa Perkembangan Kognitif dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan. ICESS: Education, Constitutional Law, Economics and Management, Sociology, 1(1), 100-108.
Sofyatiningrum, E., Sisdiana, E., Ulumuddin, I., Nur’Aini, F., & Sugilar, H. (2020). Bunga rampai umpan balik guru terhadap proses dan hasil pembelajaran siswa.